Sabtu, 31 Mei 2014

PUISI : HARAPAN

HARAPAN
Puisi oleh: Akhmad Solihin


Adakah pagi yang tanpa mentari
adakah purnama yang tanpa rembulan
adakah lautan yang tanpa ikan
adakah impian yang tanpa harapan
adakah manusia yang tanpa cinta
adakah jiwa yang tidak berjegala karena derita.


Selalu ada harapan ketika kita lahir
penderitaan pasti ada ujungnya
dan harapan kita pasti menyala dalam
kesepian dan kegelapan malam.


Bersama kobaran api unggun
yang menerangi malam-malam gelap
semangat dan tekat membaja, berkobar
dalam cita-cita yang paling hakiki
memberikan yang tebaik dalam hidup ini.



                                                                Banjarmasin, penghujung  Mei 2014

Kamis, 13 Maret 2014

PEMBAGIAN ANGKATAN SASTRA DI INDONESIA MENURUT URUTAN WAKTU

Susastratulis----Seni sastra sebagai salah satu cabang seni yang membentuk karya dengan seni sastra, di Indonesia secara urutan waktu, sastra terbagi atas beberapa angkatan yaitu :

1. Pujangga Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke 20. Pada masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat kisah.

2. Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942 yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatera lainnya". Cina dan masyarakat Indonesia Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

3. Angkatan Balai Pustaka
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama). dan Puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.Balai pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan porno dan liar yang dihasilkan oleh sasta Melayu Rendah yang waktu itu banyak menyoroti kehidupan Pernyai'an (cabul) dan dianggap memiliki msisi politis (liar). Balai pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahsa Madura.

4. Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap hasil karya sastrawan pada masa itu, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaraan kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elistis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia.

Pada masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930-1942), dipelopori oleh Sultan Takdir Alisjahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu : 1. Kelompok "Seni Untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

5. Angkatan '45
Pengalama hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastra Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.

6. Angkatan 50-an
Angaktan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra kisah asuhan  H.B Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengn cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengna majalah sastra lainnya.

7. Angkatan 66-70
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avat-grade sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd dll. Pada masa angkatan ini di Indonesia Penerbit Pustakan Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya sastra. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Pernawan Tjondronegoro, Djamil Djoko Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Styagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk H.B. Jassin.

Beberapa sastrawan pada angkatan ini diantara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer. Akhudiat, Darmanto jatman, Arief Budiman, Guenawan Mohamad, Budi Darma,  Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Islamil dan banyak lagi yang lainnya.

8. Dasawarsa 80-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison mulai hilang, karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain adalah : Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi.

9. Angkatan Reformasi
Seiring pergeseran kekuasaan politik dari tangan Mantan Presiden Soeharto, muncul wacana tentang sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku ontologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatunya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra: puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutarji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

10 Satrawan angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada thaun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angakta 20000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseism dan kritikus sestra dimasukan Korrie ke dalam angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, sperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Heliany.

* * *

Rabu, 12 Februari 2014

SASTRA PENGERTIAN DAN MACAM-MACAMNYA

A. Pengertian Karya Sastra

Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “tulisan”. Kata itu mendapat awalan su yang bermakna “baik” atau “indah” sehingga menjadi susastra, artinya menjadi “tulisan yang baik” atau “tulisan yang indah”. Selanjutnya, kata susastra mendapatkan konfiks ke-an menjadi kesusastraan. Arti konfiks ke-an adalah “hal”. Jadi, kesusastraan dapat diartikan “tentang tulisan yag indah”.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

Dalam kehidupan sehari-hari kata susastra sudah jarang dipakai. Sebagai gantinya, digunakan kata sastra saja. Artinya pun berubah menjadi “karya sastra”, yaitu hasil karangan sastrawan. Jika mendapatkan konfiks ke-an menjadi kesastraan yang artinya “tentan karya sastra” atau “hal-hal yang berkaitan dengan karya sastra”.

Karya sastra dihasilkan oleh seniman, khusushya sastrawan. Seorang sastrawwan berusaha meujudkan karya seni, yaitu sesuatu yang indah yang dapat menyenangkan dirinya maupun orang lain (penikmat). Cara mewujudkannya pun bermacam-macam, tergantung bahan dasarnya. Sebagai contoh, dari bahan dasar kayu diukir menjadi patung, kanvas digambari dengan cat menjadi lukisan, nada-nada suara digubah menjadi lagu, dan bahasa dikarang menjadi karya sastra. Pemahat patung dinamakan pematung, pembuat lukisan dinamakan pelukis, pencipta lagu dinamakan penggubah, dan pengarang karya sastra disebut sastraan.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah karya seni yang mengandung keindahan dan dihasilkan oleh seniman, khususnya sastrawan.

Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
  • Novel
  • Cerita/cerpen (tertulis/lisan)
  • Syair
  • Pantun
  • Sandiwara/drama
  • Lukisan/kaligrafi.

B. Macam-macam Karya Sastra
1. Macam-macam Karya Sastra Berdasarkan Bentuknya

Ibarat seorang chef yang bisa memasak daging kambing menjadi sate, gule, atau tongseng, sastrawan pun bisa mengolah bahasa menjadi karya sastra yang bermacam-macam. Karya satra tersebut dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu puisi, prosa, dan drama.

a. Puisi
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya terikat oleh berbagai ketentuan. Ketentuan itu menyangkut jumlah kata, bait, larik, rima, dan irama. Contoh puisi yaitu pantun, syair, gurindam, puisi modern.

b. Prosa
Prosa adalah karya sastra yang bebas dari berbagai ketentuan. Tidak ada aturan mengenai jumlah kata, bait, baris/larik, rima, dan irama. Pengarang bebas menggunakan kata-kata dan merakitnya sesuai selera. Contoh prosa yaitu dongeng, hikayat, certita pendek (cerpen), dan novel.

c. Drama
Secara singkat drama dapat diartikan karya sastra cerita yang dipentaskan. Drama dalam karya sastra adalah naskah drama karangan sastrawan. Naskah drama isinya kebanyakan berupa dialog, yaitu percakapan antar tokoh (pelaku). Dari dialog itu dapat diketahui alurnya, watak para tokohnya, dan isi ceritanya. Namun, naskah drama mungkin akan membosankan jika hanya dibaca, karena naskah drama ditulis untuk dipentaskan atu diperagakan di panggung.

2. Macam-macam Karya Sastra Berdasarkan Waktu Pembuatannya
Berdasarkan kurun waktu pembuatannya, karya sastra dapat digolongkna menjadi dua, yaitu sastra lama dan sastra baru.

a. Sastra Lama

Yang termasuk sastra lama yaitu :
Puisi lama: pantun, syair, dan gurindam
Prosa lam: dongen dan hikayat

b. Sastra Baru (Modern)

Yang termasuk sastra modern yaitu:
Puisi modern: semua puisi bebas yang tidak termasuk puisi lama
Prosa modern: cerpen, novel, roman,


Demikian tentang sastra pengertian dan macam-macamnya, semoga bermanfaat.

Sumber:
- Disadur dari Kitab Bahasa Indonesia Karya Asul Wiyanto
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra

Sabtu, 08 Februari 2014

SAJAK-SAJAK DAN PROFIL PENYAIR : PURWA ATMADJA

Profil singkat Penyair Purwa Atmadja:

Susastratulis----Nama sebenarnya : Anwar Isnudikarta. Dilahrikan tanggal 10 Maret 1923 di Cibeber, Cianjur. Pendidikan: HIS, Nulo, tamat tahun 1941 di Middelbare Landbowschool, kemudian SPMT (Sekolah Pertanian Menengah Tinggi) di Bogor, tamat 1945. Tahun 1945-1946 menjadi Pemimpin Redaksi surat kabar Barisan Rakyat di Cirebon. 1945 - Juli 1947 sebagai Wakil Kepala Jawatan Penerbangan Keresidenan Cirebon. Oktober 1947 - September 1949 ia ditawan Belanda dan ditempatkan di Internegringskamp LOG Kebowaru Bandung. Pada 1949 - Desember 1950 Menjadi kepala Jawatan penerbangan Keresidenan Cirebon. Sejak Januari 1951 partikulir. Sebelum Agresi I anggota API (Angkatan Pemuda Indonesia), kemudian Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) di Cirebon. Sebebasnya dari tawanan ia memasuki Partai Sosialis Indonesia. Jadi anggota Dewan Partai PSI sekretaris bagian umum, Bandung. 

Purwa Atmadja atau Anwar Isnudikarta, Telah menulis beberapa sajak dan buku, yang paling dikenal antara lain;  Tujuan Berjuang, Penerbit dan Toko Buku "Economi," Bandung 1949.



Berikut sajak-sajak dan Puisi Purwa Atmadja ;


MASA BARU

                                    Kepada Heinrich Heine

Sekali tiba masa ketika,
Dunia mewah gugur merata,
Enyah Seni murni indah 
Tangan kasar akan merobek 
Segala apa nan molek
Akan meremuk mencabik
Semua nan halus cantik.

Dan ....
Sajakku kelak pembungkus kacang, 
Prosa puisiku pembungkus kopi,
Dewi Seni akan menangis.

Namun beta rela,
Datanglah cepat "ketika" itu,
Ketika Jelata akan bertahta,
Akan kuasa,
Dunia adil sama rasa sama rata.

                                                                Cirebon, 17 Desember 1945

Pembaruan, No. 2, Pebruari 1946.


* * *



MENGENANG DAN MENINJAU

Rakyat mengeluh bekerja keras, 
Rakyat menjerit meminta beras,
Rakyat menggigil di sarung karung,
Ekonomi kurat karit, 
Suruh menghemat,
Suruh semangat.
Ah, Bung, manakah Pemimpin
Yang akan mengatur,
Negara Makmur?

Begitu keluh Rakyat Jajahan,
Harap cemas, putus asa,
Hingga gemuntur pekikan sadar:

Bersatu, Kawan, Kaum Terlantar,
Bersatu, Kawan, Kaum Yang Lapar,
Dengan jumlah kita berjuta-juta,
Kita Bersatu, kita membanjir,
Merebut H a k  H i d u p  M e r d e k a,
Membangun Negara ber-D a u l a t  R a k y a t.

Kini merdeka.
Abadi ....... adil ....... dan makmur .......?
Bergantung Rakyat yang mesti mengatur!

                                                                     Cirebon, 17 Desember 1945


Pembaruan, Th. I No. 1 - 2, Januari 1946

* * *



SURAT "TALQIN"

                                                       (Kepada fanatikus buta)


Bila kelak kau dalam kubur
Diverhoor Mungkar wa-Nakir,
Awas, jangan kau mungkir...

Siapa Tuhanmu?
Tuhanmu Benda.
Siapa Rasulmu?
Rasulmu Marx.
Siapa Sahabat Rasulmu?
Engels-Lenin-Stalin.
Apa Kitabmu?
Kitabmu Das Kapital.
Mana Kiblatmu?
Kiblatmu Moskow.
Apa amalmu di dunia?
Amalmu Revolusi Proletar.

Maka naiklah rokhmu ke gerbang syorga,
Di mana skilwak menggeledahmu,
Memeriksa surat pas dan kartu anggota.
Kau perlihatkanlah kartu "Laskar Merahmu".
Skilwak akan berkata
"Bung salah wesel.
Di sini tempat Alim Ulama."

Rokhmu melayang turun ke lubang Neraka,
Di mana skilwak Neraka juga beraksi
"Sayang Bung, di sini tiada tempat bagi Bung,
Khawatir Revolusi dalam Neraka."

Ke Syorga tidak, ke Neraka tidak,
Maka rokhmu akan kembali ke dunia raya,
Di mana kau hidup baqa di alam fana.


                                                                Pertapaan, 13 Pebruari 1948


Dari naskah yang belum terbit: Gelora.


* * *

Kamis, 30 Januari 2014

SAJAK-SAJAK DAN PROFIL PENYAIR : BAHRUM RANGKUTI

Profil singkat Penyair Bahrum Rangkuti:

Bahrum Rangkuti - Dilahirkan tanggal 7 Agustus 1919 di Pulau Tagor, Galang, Sumatera Timur. Pendidikan HBS-B Medan - AMS - Al Yogya, tamat 1939. Faculteit de letteren Jakarta, 1939-1941. Jami'atul Mubashereen, Rabwah, Pakitstan, 1950. Kegemaran: mempelajari agama, filsafat kebudayaan. Karangan-karangan yang telah ditulisnya: Negara Ciptaan Rakyat, Penerbit: Tanjung, 1946; Sinar memancar dan Jabal An Nur, sandiwara radio, dimuat dalam majalah Indonesia Th. I No. 6, Juli 1949; Layla dan Majnun, sandiwara radio, dimuat dalam Gema Th. II No. 5, Mei 1949; Asmara Dahana, sandiwara radio 1949; Islami Iqtisadi ki nizam, dengan nama samaran Basyiruddin Mahmud Ahmad, Neraca Trading Coy, 1949; Pujangga Muhammad Iqbal, Almarco, 1952. Menterjemahkan buku-buku. Lintasan Sejarah Dunia I-II (Glimpses of World History) oleh Jawaharlal Nehru, BP 1950, 1951 ; Pakistan, Angka dan Peristiwa, Kedutaan Pakistan, 1950 ; An Nabi (The Prophet) oleh Gebran Khalil Gebran, Pembangunan, 1949 ; Kasymir oleh Zafrullah Khan, Wijaya 1951. Meninggal 13 Agustus 1977.


Berikut ini sajak-sajak dari Penyair Bahrum Rangkuti :

Do'a Makam  >>  Lihat Baca klik di sini !!

Hampa   >>  Lihat Baca klik di sini !!

Insaf   >>  Lihat Baca klik di sini !!

Mi'Raj   >>  Lihat Baca klik di sini !!

Laut, Perempuan dan Tuhan (Prosa/Cerita)    >>  Lihat di sini !!


* * *

Jumat, 17 Januari 2014

PUISI : MI'RAJ - BAHRUM RANGKUTI

MI'RAJ
Puisi Karya Bahrum Rangkuti


(I)


Malam kelam
lena dalam sunyi
hati meleleh hitam
rapat hening di atas bumi

Atap bilikku membuka
terus pandang kelangit cuaca
bintang gemetar bimbang
memanggil daku mengalam lapang.

lekat badan di bumi
tanah dengan tanah ini
dan jiwa ke luar dari bungkus
diduking kalimah segala kudus.

melambung mengatas dunia
hutan, gunung, awan, angkasa
dan alam lahir
bagai pikiran 'nembusi atir.


(II)

pintu gerbang alam rohani
mengelak buka oleh "salam 'alaikum"-
dari jauh mengembus sepoi bayu pagi
tapi apa ini, sungai Citarum? -

atau khayal fatamorgana
ini dunia penuh rasa
tiada pengawal penunjuk jalan
kemana pergi wahai, badan?

tiba daku di padang menyala
api di sekitar telan menelan
ke mana jua kuarah pandangan
ngeri mananti jurang ternganga.

aduh, dekatku api menjulang marah
kayu apinya: batu dan besi
badan manusia lembab berdarah
tapi 'nentiasa berpantang mati.

tak tahan hatiku ini
tulang sungsum gentar
terkejut, darah henti berlari
melihat ngeri sambar menyambar.

ke mana pergi?
mati tak bisa lagi
badan 'lah tinggal di bumi
manusia berbadan semata rohani.

banyak bentuk insan di sini
di alam Barzach lahir kembali
hidup menurut kemauan Ilahi
makhluk dibawa-Nya ke jalan abadi.

api negara penyembuh rohani
disebutkan "ibu" di Qur'an Suci
mendidik, menghardik, dan memartil
agar lahir insan-ul-kamil


(III)

dalam pikiran meresah gelombang
terus maju ke gurun pasir
lambat laun menghijau padang
berkat bacaan irama dzikir.

lihat, apa itu?
danau, taman mengempas sinar
melintas lembah hijau gemetar
gunung mendaki ke langit biru.
 taman swarga gembira menari
di sinar surya alam rohani
seni suara membelai rasa
mengembus sepoi pelbagai suara

atas bukit dalam jatuhan sinar perlahan
menguap hijau lembah taman sari
dan dari anak sungai, antara pelbagai bungan dan dahan
melambungkan nyanyian mesra kudus murni ......

bersandar daku di rindang firdusi
lena lemah tiada berdaya
do'a dan puji menggetar udara
apakah ini ma'rifat Ilahi?

merasa diri dalam swarga
tapi semua khayal semata
atau ini juga 
belum cukup lama dalam neraka ?


(IV)


Mana kau, mana kau kasih
aku'lah menanti
dalam taman firdusi sari
bagai janjimu dulu.

kau sangka kulupa padamu
sejak kau mengalam rohani
jiwaku kini di bawah pohon
puncaknya mendesau bayu asmara.

Mana engkau adikku sayang
mana engkau?
aku menanti di bawah rindang hijau
bagai katamu dulu.



                                                                                 (V)


Maka kedengaran suara nyanyian
dari jauh samar perlahan
kian lama mengembung nyata
sampai membuai alam semesta

didukung awan putih murni
diapi malaikat bidadari
datang kau di depanku
senyum suka bagai dulu

indah angkatanmu, merah muda
seluruh taman kemilau harum
jiwaku menyala hendak merangkum
tak dapat bergerak, diam pesona .....

padangmu lembut mesra
suaramu nyanyia surga
talapak kakimu juita melangkah
bagai merpati di samar lembah.


                                                                                 (VI)

Dan tiba-tiba suaramu mengalun
kuminum bagai pagi embun
membunga api di senja
dan khayal ini jadi nyata bercaya.

kian mengembung suaramu
menyadi nyala menyanyi
caya berpendar ke segala penjuru
aku serasa didukung sayap bunyi.

Tetapi dengan tiada setahuku
aku tak sadarkan diri lagi.
apakah ini fana dalam Ilahi
seluruh pribadi lebur dalam Rohani?

...............................................................................

Aku siuman. Turun ke bumi nyata
kembali. Malam gelita

Mata mencari ke sekitar
Segala bisu dan samar.

Inilah akhir kudus malam
pulang dari tamasya rohani
dan di langit lengkungan kelam
Kemilau bintang Utari .......

* * *

Kumpulan belum pernah diumumkan.

Kamis, 16 Januari 2014

PUISI : INSAF - BAHRUM RANGKUTI

INSAF
Puisi karya Bahrum Rangkuti


Kita bersama dari pulau ke pulau
melayari lautan hijau
di bawah langit kemilau
mengembara dari dunia ke dunia
dari sufi karim-i-Jilali
ke filsuf Kant, manusia postulat
terus tiba di Iqbal:
Insan kaca Ilahi.
Tetapi apa ini?
madu atau tomat?
segala rasa dan cita memedat
apa hanya fatamorgana?
dan akhirnya ini juga:
kita akan terdampar ke pantai jiwa:
remuk dan luka!
Kau takut
api dan maut?
jangan turut
aku ini pengembara padang pasir
berjalan dari mata air ke mata air!


Panca Raya Th. I No. 24, I Nopember 1946

Rabu, 15 Januari 2014

PUISI : HAMPA - BAHRUM RANGKUTI

HAMPA
Puisi Karya Bahrum Rangkuti



Naik beca pulang ke Mampang, Laut malam
Dunia malam, sepi dan kelam
Di Pohon bimbang dan gelap diam

Segala lena dan kaku
Abang becak litak lesu
Tiada gaya dan nafsu

Bulan pun tak kelihatan
Satu bintang pudar segan
Hendak hilang ke balik awan

Aku pun begitu sekarang
Jiwa kosong dan malang
Bulan bintangku hilang.


Panca Raya, Th.I No. 24, 1 Nopember 1946

PUISI : DO'A MAKAM - BAHRUM RANGKUTI

DO'A MAKAM 
Puisi Karya Bahrum Rangkuti


Dilindung bayang gantungan dahan
baringan dinda hening tenang
bunga kemboja di tahan abang
bayu senja sepoi perlahan

Pandang pilu 'nembusi dalam
basah gemetar hamparan melati
suara Qur'an di dekat pualam
kian seni sendu di hati

perlahan hilang warna hijau
dunia dan langit mengendus sunyi
kenang melayang ke alam rohani

tenang malam membelai jiwa
mengalun suara samar sepoi
dari bintang jauh kemilau


Panca Raya, Th. I No. 24, 1 Nopember 1946

Jumat, 10 Januari 2014

SAJAK-SAJAK DAN PROFIL PENYAIR : ANAS MA'RUF

Profil singkat Penyair ANAS MA'RUF:

Anas Ma'ruf - Dilahirkan tanggal 27 Oktober 1922 di Bukittinggi. Pendidikan Tamat SMT (1945) di Jakarta. Ikut mendirikan Berita Indonesia Jakarta (1945). Pemimpin Umum majalah Nusantara (1946), redaktur majalah kebudayaan Arena dan majalah Patriot (1946-1947) Yogya. Menjadi anggota Redaksi majalah Indonesia ( 1950-1952) dan sekretaris Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1955 - 1957), disamping menjadi pegawai Balai Pustaka. Di zaman Jepang menterjemahkan: Kabir, Gitanjali dan Citra. Di masa Republik; Sadhana. Semuanya karangan-karangan Rabindranath Tagore. Di samping menterjemahkan cerita-cerita pendek dan sajak-sajak dari berbagai negeri, juga menterjemahkan buku-buku ekonomi. Terjemahan-terjemahan terakhir: Komedi Mansusia, William Saroyan, Mutiara, John Steinbeck. Anas Ma'ruf Meninggal dunia pada tanggal 24 Agustus 1980.



Berikut ini sajak-sajak dari Penyair Anas Ma'ruf yang dapat penulis himpun :


ANAK PEDATI

Di bawah cahaya bulan purnama
Sebaris pedati tampak beriring
Suara gentanya redup bergema
Melalui lembah sunyi berdenging

Bertiup lagu puputan rindu
Lembut mengalun dengung salung
Hanyut sukma dihilirkan lagu
Ikut berayun dengan senandung

Serantih digubah berlarat-larat
Menurut getaran jiwa  bercinta
Menanti balasan cinta kasih ;
Pernah kurasa terbangkit hasrat
Mendengar gumbahan cipta rasa
Kurnia simpanan anak pedati.


Panji Pustaka, Th. XXI No. 12, 20 Maret 1943

* * *


KISAH ZAMAN


Desir desau air mengalir
ke pantai mara
tujuan nyata
Dari udik sampai ke hilir
penuh rahasia
sejak semula

Risik risau ombak memecah
di pantai landai
buih berderai
Entah ombak sedang bermadah
mencurah rasa
peraman dada.

Alangkah bahagia o, Tuhan
Jika ku mahir
bahasa air
Hendak kudengar kisah zaman
di bibir pantai 
di tepi sungai.


Kebudayaan Timur I, 1943


 

Sumber:
- H.B. Jassin, 2000, Gema Tanah Air Prosa dan Puisi 1,  Balai Pustaka, Jakarta.
Diberdayakan oleh Blogger.