Jumat, 17 Januari 2014

PUISI : MI'RAJ - BAHRUM RANGKUTI

MI'RAJ
Puisi Karya Bahrum Rangkuti


(I)


Malam kelam
lena dalam sunyi
hati meleleh hitam
rapat hening di atas bumi

Atap bilikku membuka
terus pandang kelangit cuaca
bintang gemetar bimbang
memanggil daku mengalam lapang.

lekat badan di bumi
tanah dengan tanah ini
dan jiwa ke luar dari bungkus
diduking kalimah segala kudus.

melambung mengatas dunia
hutan, gunung, awan, angkasa
dan alam lahir
bagai pikiran 'nembusi atir.


(II)

pintu gerbang alam rohani
mengelak buka oleh "salam 'alaikum"-
dari jauh mengembus sepoi bayu pagi
tapi apa ini, sungai Citarum? -

atau khayal fatamorgana
ini dunia penuh rasa
tiada pengawal penunjuk jalan
kemana pergi wahai, badan?

tiba daku di padang menyala
api di sekitar telan menelan
ke mana jua kuarah pandangan
ngeri mananti jurang ternganga.

aduh, dekatku api menjulang marah
kayu apinya: batu dan besi
badan manusia lembab berdarah
tapi 'nentiasa berpantang mati.

tak tahan hatiku ini
tulang sungsum gentar
terkejut, darah henti berlari
melihat ngeri sambar menyambar.

ke mana pergi?
mati tak bisa lagi
badan 'lah tinggal di bumi
manusia berbadan semata rohani.

banyak bentuk insan di sini
di alam Barzach lahir kembali
hidup menurut kemauan Ilahi
makhluk dibawa-Nya ke jalan abadi.

api negara penyembuh rohani
disebutkan "ibu" di Qur'an Suci
mendidik, menghardik, dan memartil
agar lahir insan-ul-kamil


(III)

dalam pikiran meresah gelombang
terus maju ke gurun pasir
lambat laun menghijau padang
berkat bacaan irama dzikir.

lihat, apa itu?
danau, taman mengempas sinar
melintas lembah hijau gemetar
gunung mendaki ke langit biru.
 taman swarga gembira menari
di sinar surya alam rohani
seni suara membelai rasa
mengembus sepoi pelbagai suara

atas bukit dalam jatuhan sinar perlahan
menguap hijau lembah taman sari
dan dari anak sungai, antara pelbagai bungan dan dahan
melambungkan nyanyian mesra kudus murni ......

bersandar daku di rindang firdusi
lena lemah tiada berdaya
do'a dan puji menggetar udara
apakah ini ma'rifat Ilahi?

merasa diri dalam swarga
tapi semua khayal semata
atau ini juga 
belum cukup lama dalam neraka ?


(IV)


Mana kau, mana kau kasih
aku'lah menanti
dalam taman firdusi sari
bagai janjimu dulu.

kau sangka kulupa padamu
sejak kau mengalam rohani
jiwaku kini di bawah pohon
puncaknya mendesau bayu asmara.

Mana engkau adikku sayang
mana engkau?
aku menanti di bawah rindang hijau
bagai katamu dulu.



                                                                                 (V)


Maka kedengaran suara nyanyian
dari jauh samar perlahan
kian lama mengembung nyata
sampai membuai alam semesta

didukung awan putih murni
diapi malaikat bidadari
datang kau di depanku
senyum suka bagai dulu

indah angkatanmu, merah muda
seluruh taman kemilau harum
jiwaku menyala hendak merangkum
tak dapat bergerak, diam pesona .....

padangmu lembut mesra
suaramu nyanyia surga
talapak kakimu juita melangkah
bagai merpati di samar lembah.


                                                                                 (VI)

Dan tiba-tiba suaramu mengalun
kuminum bagai pagi embun
membunga api di senja
dan khayal ini jadi nyata bercaya.

kian mengembung suaramu
menyadi nyala menyanyi
caya berpendar ke segala penjuru
aku serasa didukung sayap bunyi.

Tetapi dengan tiada setahuku
aku tak sadarkan diri lagi.
apakah ini fana dalam Ilahi
seluruh pribadi lebur dalam Rohani?

...............................................................................

Aku siuman. Turun ke bumi nyata
kembali. Malam gelita

Mata mencari ke sekitar
Segala bisu dan samar.

Inilah akhir kudus malam
pulang dari tamasya rohani
dan di langit lengkungan kelam
Kemilau bintang Utari .......

* * *

Kumpulan belum pernah diumumkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.