Sabtu, 08 Februari 2014

SAJAK-SAJAK DAN PROFIL PENYAIR : PURWA ATMADJA

Profil singkat Penyair Purwa Atmadja:

Susastratulis----Nama sebenarnya : Anwar Isnudikarta. Dilahrikan tanggal 10 Maret 1923 di Cibeber, Cianjur. Pendidikan: HIS, Nulo, tamat tahun 1941 di Middelbare Landbowschool, kemudian SPMT (Sekolah Pertanian Menengah Tinggi) di Bogor, tamat 1945. Tahun 1945-1946 menjadi Pemimpin Redaksi surat kabar Barisan Rakyat di Cirebon. 1945 - Juli 1947 sebagai Wakil Kepala Jawatan Penerbangan Keresidenan Cirebon. Oktober 1947 - September 1949 ia ditawan Belanda dan ditempatkan di Internegringskamp LOG Kebowaru Bandung. Pada 1949 - Desember 1950 Menjadi kepala Jawatan penerbangan Keresidenan Cirebon. Sejak Januari 1951 partikulir. Sebelum Agresi I anggota API (Angkatan Pemuda Indonesia), kemudian Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) di Cirebon. Sebebasnya dari tawanan ia memasuki Partai Sosialis Indonesia. Jadi anggota Dewan Partai PSI sekretaris bagian umum, Bandung. 

Purwa Atmadja atau Anwar Isnudikarta, Telah menulis beberapa sajak dan buku, yang paling dikenal antara lain;  Tujuan Berjuang, Penerbit dan Toko Buku "Economi," Bandung 1949.



Berikut sajak-sajak dan Puisi Purwa Atmadja ;


MASA BARU

                                    Kepada Heinrich Heine

Sekali tiba masa ketika,
Dunia mewah gugur merata,
Enyah Seni murni indah 
Tangan kasar akan merobek 
Segala apa nan molek
Akan meremuk mencabik
Semua nan halus cantik.

Dan ....
Sajakku kelak pembungkus kacang, 
Prosa puisiku pembungkus kopi,
Dewi Seni akan menangis.

Namun beta rela,
Datanglah cepat "ketika" itu,
Ketika Jelata akan bertahta,
Akan kuasa,
Dunia adil sama rasa sama rata.

                                                                Cirebon, 17 Desember 1945

Pembaruan, No. 2, Pebruari 1946.


* * *



MENGENANG DAN MENINJAU

Rakyat mengeluh bekerja keras, 
Rakyat menjerit meminta beras,
Rakyat menggigil di sarung karung,
Ekonomi kurat karit, 
Suruh menghemat,
Suruh semangat.
Ah, Bung, manakah Pemimpin
Yang akan mengatur,
Negara Makmur?

Begitu keluh Rakyat Jajahan,
Harap cemas, putus asa,
Hingga gemuntur pekikan sadar:

Bersatu, Kawan, Kaum Terlantar,
Bersatu, Kawan, Kaum Yang Lapar,
Dengan jumlah kita berjuta-juta,
Kita Bersatu, kita membanjir,
Merebut H a k  H i d u p  M e r d e k a,
Membangun Negara ber-D a u l a t  R a k y a t.

Kini merdeka.
Abadi ....... adil ....... dan makmur .......?
Bergantung Rakyat yang mesti mengatur!

                                                                     Cirebon, 17 Desember 1945


Pembaruan, Th. I No. 1 - 2, Januari 1946

* * *



SURAT "TALQIN"

                                                       (Kepada fanatikus buta)


Bila kelak kau dalam kubur
Diverhoor Mungkar wa-Nakir,
Awas, jangan kau mungkir...

Siapa Tuhanmu?
Tuhanmu Benda.
Siapa Rasulmu?
Rasulmu Marx.
Siapa Sahabat Rasulmu?
Engels-Lenin-Stalin.
Apa Kitabmu?
Kitabmu Das Kapital.
Mana Kiblatmu?
Kiblatmu Moskow.
Apa amalmu di dunia?
Amalmu Revolusi Proletar.

Maka naiklah rokhmu ke gerbang syorga,
Di mana skilwak menggeledahmu,
Memeriksa surat pas dan kartu anggota.
Kau perlihatkanlah kartu "Laskar Merahmu".
Skilwak akan berkata
"Bung salah wesel.
Di sini tempat Alim Ulama."

Rokhmu melayang turun ke lubang Neraka,
Di mana skilwak Neraka juga beraksi
"Sayang Bung, di sini tiada tempat bagi Bung,
Khawatir Revolusi dalam Neraka."

Ke Syorga tidak, ke Neraka tidak,
Maka rokhmu akan kembali ke dunia raya,
Di mana kau hidup baqa di alam fana.


                                                                Pertapaan, 13 Pebruari 1948


Dari naskah yang belum terbit: Gelora.


* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.